Selain kitab ini, masih banyak lagi kitab kitab lain dengan versi terjemahan bahasa Indonesia seperti bulughul maraam yang bisa teman teman download melalui tautan berikut ini download kitab bulughul maram.
Kemudian ada juga kitab al kabair dan juga khotmil quran, yang semuanya bisa teman teman unduh melalui link berikut, download kitab al kabair pdf dan download doa khotmil quran, semuanya kami bagikan secara gratis dan mudah proses downloadnya.
terjemahan kitab ar ruh pdf free
Download File: https://tlniurl.com/2vzw7p
Judul : Menggugat Kitab Ar RuhSinopsis : Kitab ini berisikan sanggahan atas kitab Ar RuhPenulis : Hanif Luthfi Lc, MAFormat File : PDFJumlah Halaman : 47File Size : 1,4 MbLink : Download Ebook
Yang unik dari kitab ini adalah murid-murid atau para pengikut Syaikh Ibnul Qoyim al-Jauziyah termasuk al-Bani mengklaim bahwa kitab ini sangat tidak masuk akal bagi mereka jika yang menulis adalah seorang Ibnul Qoyyim, jikalaupun memang ia yang menulisnya pastilah Ibnul Qoyim menulisnya dalam keadaan masih tahap awal belajar dan belum mengenal Syaikh Ibnu Taimiyah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kitab Ar-Ruh menjadi titik balik bagi para murid terdekatnya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (w. 75H). Mualim yang dianggap kredibel dalam semua ilmu dan mewakili ulama salaf pada masanya ini, dikecam oleh murid-muridnya karena berpendapat nyeleneh yang dituangkan dalam kitabnya Ar-Ruh.
"Pendapat-pendapatnya Ibnu Qayim didengar, kitab-kitabnya dipelajari, fatwa-fatwanya diikuti. Setidaknya oleh kalangan yang hari ini menamakan diri sebagai pengikut manhajnya para salaf," kata Hanif Luthif,Lc.MA dalam bukunya "Menggugat Kitab ar-Ruh"
Ibnu Qayyim (w. 751H) yang dianggap cukup aneh dan nyeleneh oleh mereka. Ini karena Ibnu Qayyim dalam kitabnya ar-Ruh mengatakan bahwa para ulama salaf sepakat jika mayit bisa mendengar perkataan orang yang masih hidup dan mengetahui siapa yang menziarahinya.
"Dalam kitab itu, disebutkan pula adanya kesunnahan dan fadhilah ziarah kubur di hari Jumat, adanya kesunnahan dan fadhilah membaca Alquran khususnya surah Yasin di kuburan, transfer bacaan Alquran kepada almarhum itu boleh dan sampai serta talqin mayit setelah dikebumikan juga termasuk kesunnahan," katanya.
Maka beberapa kalangan tersebut tak rela jika Ibnu Qayyim (w. 751 H) berpendapat seperti itu. Maka, salah satu narasi yang dibangun adalah dengan meragukan jika kitab ar-Ruh itu benar-benar ditulis oleh Ibnu Qayyim.
Benarkah klaim itu. Ustaz Hanif menyampaikan seperti disampaikan Albani (w. 1420 H) adalah ulama yang meragukan jika kitab ar-Ruh itu benar-benar dikarang oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H). Ibnu Qayyim (w. 751 H) menyebutkan bahwa mayit bisa mendangar perkataan orang yang masih hidup dan mengetahui siapa yang menziarahinya itu menjadikan Albani (w. 1420 H) sangat ragu.
Ustaz Hanif mengatakan, untuk menjawab keraguan bahwa kitab ar-Ruh karangan Ibnu Qayim itu, ada sebuah kitab berjudul "al-Ayat al-Bayyinah fi Adam Sama' al-Amwat; ayat-ayat yang jelas tentang tak mendengarnya orang yang wafat" karya Nu'man bin Mahmud al-Alusi (w. 1317 H).
Ketika Albani (w. 1420 H) mentahqiq kitab tersebut, beliau menyebutkan, "Karena hal ini (mayit bisa mengetahui peziarahnya) dan lainnya maka Saya sangat ragu bahwa kitab ar-Ruh ini ditulis oleh Ibnu Qayyim. Atau mungkin ditulis saat awal mencari ilmu."
Keraguan itu muncul karena kitab ar-Ruh dianggap oleh Albani (w. 1420 H) memuat hal-hal yang aneh dan ajaib, baik riwayat maupun pendapatnya. Albani (w. 1420 H) menyebutkan, "Dari kitab ar-Ruh yang dinisbatkan kepada Ibn Qayyim, di dalamnya terdapat hal-hal yang aneh dan ajaib baik riwayat ataupun pendapatnya," katanya.
Dalam bahasa lain, harusnya salafiyyah tidak begitu, harusnya Ibnu Qayyim dan Ibnu Taimiyyah tidak begitu. Albani (w. 1420 H) menyebutkan, "Hal paling aneh yang dari dalil bahwa mayit bisa mengetahui orang yang menziarahinya adalah apa yang disampaikan Ibnu Qayyim dalam kitabnya ar-Ruh. Hal itu karena saya meyakini keanehan dan jauhnya dari dasar-dasar ilmiah dan kaidah salafiyyah yang kita pelajari dari Ibnu Qayyim dan gurunya; Ibnu Taimiyyah. Itu lebih mirip perkataan ahli ra'yu dan qiyasiyyin yang menyamakan suatu yang ghaib dengan sesuatu yang tampak, menyamakan pencipta dengan yang diciptakan. Ini adalah qiyas yang batil dan rusak" .
Tak hanya itu, Albani (w. 1420 H) menganggap bahwa kitab ar-Ruh itu serupa dengan kitab yang dikarang oleh orang yang lagi mulai belajar ilmu, yang terburu-buru, tergopoh-gopoh dan kacau dalam malam gelap.
Jawab Albani: Tidak bisa dipegang kebenarannya. Meski Ibnu Qayyim bagi kita sangat berharga, tapi kitab ar-Ruh; jika benar penisbatannya kepada dia maka kitab itu seperti dikarang anak yang baru belajar ilmu, yang terburu-buru, tergopoh-gopoh dalam malam gelap.
"Yang tampak, jika saja penisbatan kitab ar-Ruh kepada Ibnu Qayyim itu benar, maka itu ditulis saat masih awal-awal menulis. Maksudnya saat masih belum terlepas dari taklid, jumudnya pemikiran, madzhab dan khurafat."
Salah satu karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H) yakni kitab Ar Ruh DIGUGAT oleh para pengikutnya karena Ibnu Qayyim dalam kitabnya ar-Ruh mengatakan bahwa para ulama salaf sepakat jika mayit bisa mendengar perkataan orang yang masih hidup dan mengetahui siapa yang menziarahinya, kesunnahan dan fadhilah ziarah kubur di hari Jumat, kesunnahan dan fadhilah membaca Alquran khususnya surah Yasin di kuburan, transfer bacaan Alquran kepada almarhum itu boleh dan sampai serta talqin mayit setelah dikebumikan juga termasuk kesunnahan.
***** awal kutipan *****Tak hanya itu, Albani (w. 1420 H) menganggap bahwa kitab ar-Ruh itu serupa dengan kitab yang dikarang oleh orang yang lagi mulai belajar ilmu, yang terburu-buru, tergopoh-gopoh dan kacau dalam malam gelap.
Jawab Albani: Tidak bisa dipegang kebenarannya. Meski Ibnu Qayyim bagi kita sangat berharga, tapi kitab ar-Ruh; jika benar penisbatannya kepada dia maka kitab itu seperti dikarang anak yang baru belajar ilmu, yang terburu-buru, tergopoh-gopoh dalam malam gelap.***** akhir kutipan ******
***** awal kutipan *****Sesungguhnya kitab yang berada di tangan kita (Al Adzkar) Imam An Nawawi Rahimahullah telah dicetak dengan tahqiq saya di penerbitan Al Mallah Damaskus tahun 1391 H, bertepatan tahun 1971 M. Kemudian saya mentahqiqnya kembali, dan yang menerbitkannya adalah Dar Al Huda Riyadh, Al Ustadz Ahmad An Nuhas. 2ff7e9595c
Comments